Tempat Berbagi Makalah, Karya Tulis/ Ilmiah Serta Berbagai Macam Tugas Sekolah Dari SD/SMP/SMA dan Umum

Wednesday, January 14, 2015

Makalah Tugas Hidup Manusia - Makalah Agama

Dalam tafsir al-Mishbah surat al-Baqarah ayat 30 Kata ( ( خليفةkhalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami tata khalifah di sini dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia dan memberinya penghormatan. Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang menggantikan makhluk lain dalam menghuni bumi ini.

Betapa pun, ayat ini menunjukkan bahwa kekhalifahan terdiri dari wewenang yang dianugerahkan Allah SWT, makhluk yang diserahi tugas, yakni Adam as. dan anak cucunya, serta wilayah tempat bertugas, yakni bumi yang terhampar ini.

Jika demikian kekhalifahan mengharuskan makhluk yang diserahi tugas itu melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah yang memberinya tugas dan wewenang. Kebijakan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifahan.

Dalam tafsir al-Mishbah surat hud ayat 61 kata اسْتَعْمَرَكُمْ terambil dari kata عْمَرَ (‘amara) yang berarti memakmurkan. Huruf sin dan ta’ yang menyertai kata ista’mara ada yang memahaminya dalam arti perintah sehingga kata tersebut berarti Allah memerintahkan kamu memakmurkan bumi dan ada juga yang memahaminya sebagai berfungsi penguat yakni menjadikan kamu benar-benar mampu memakmurkan dan membangun bumi. Ada juga yang memahaminya dalam arti menjadikan kamu mendiaminya atau memanjangkan usia kamu. Ibnu katsir memahaminya dalam arti menjadikan kamu pemakmur-pemakmur dan pngelola-pengelolanya.

Dalam tafsir al muyassar surat adz dzariyat ayat 56 ditafsirkan bahwa “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia dan aku mengutus semua rasul kecuali untuk menyampaikan amanatku yaitu untuk beribadah kepadaku dan mengesakanKu bukan yang lainnya.

Dalam tafsir al-Mishbah surat al-Maidah ayat 16 kata يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ ditafsirkan bahwa Allah menunjuki orang-orang yang diketahui-Nya bersungguh-sungguh berusaha ingin mengikuti jalan menuju jalan keridha’an-Nya. Allah menunjuki mereka ke salah satu atau bermacam-macam, atau satu demi satu jalan-jalan keselamatan yang membebaskan mereka dari segala macam kekeruhan jiwa dan bencana baik di dunia maupun di akhirat, dan Allah mengeluarkan mereka yakni orang-orang yang memiliki kesungguhan itu dari aneka kegelapan kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka kejalan yang lurus, jalan lebar dan mudah guna meraih kebahagiaan.


Tugas dan Kewajiban Manusia

Manusia sebagai mahluk tuhan yang paling mulia dan paling sempurna yang ditugaskan sebagai pengatur dan pengelola alam seisinya, mempunyai tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban, baik terhadap tuhan, diri sendiri, terhadap sesama manusia dan masyarakat serta alam sekitarnya. Berikut ini dikemukakan sekedarnya tentang tugas dan tanggung jawab mereka sebagai berikut:

1. Terhadap Allah SWT

Manusia sebagai mahluk-Nya yang telah diberi rahmat dan nikmat, sudah barang tentu harus berbuat sesuatu sebagai imbalan dan rasa terima kasihnya terhadap Nya. Bentuk terima kasih atau syukur terlalu banyak untuk diungkapkan secara terinci, akan tetapi secara global dapat dikemukakan bahwa manusia harus menggunakan rahmat dan nikmat Allah itu sesuai dengan fungsi dan proporsinya.
Secara praktis ada beberapa tugas dan kewajiban manusia terhadap Allah SWT, antara lain: mentauhidkan, takut dan cinta kepada-Nya, ridha terhadap qadha’ dan qadar-Nya, bertobat,bersyukur, tawakkal, berdoa, taat dan patuh terhadap-nya, berbuat baik dan berprasangka baik kepada-Nya, percaya dan berpegang teguh kepada kitab suci-Nya dan sunnah Nabi-Nya, dzikir, sabar, malu dan sebagainya.
Beberapa sifat yang telah disebutkan tadi ialah dalam kerangka takwa kepada-Nya yakni menjalankan semua yang diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya.

2. Terhadap Diri Sendiri

Manusia telah diperlengkapi dengan beberapa alat kelengkapan yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yaitu jasmani dan ruhani. Jasmani merupakan badan kasar yang tampak kelihatan dengan nyata, terdiri dari tubuh, kepala, panca indera dan peralatan lain dalam tubuh manusia seperti pernafasan, peredaran darah dan sebagainya. Sedang ruhani adalah badan halus yang bersifat abstrak, terdiri dari akal pikiran, rasa dan perasaan, nafsu dan ruh (al-‘aql, al-qalb, al-nafs dan al-ruh).
Tugas dan kewajiban manusia terhadap diri sendiri yang penting adalah menjaga diri sebaik-baiknya, sehingga fungsi dan statusny dapat terpenuhi. Satu tugas dan kewajiban tadi dapat diperinci sebagai berikut:
a. Memelihara dan menjaga badan jasmani sehingga tetap sehat, karena pada badan yang sehat itu terdapat akal (jiwa) yang sehat.
b. Memelihara dan menjaga jiwa dan hatinya sehingga dapat memenuhi tugas dan kewajibannya sebagai manusia. Nabi bersabda: “ingatlah bahwa dalam jasad itu ada segumpal darah, jika ia baik, maka baik seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah itulah yang dinamakan hati nurani.”
c. Memelihara dan mempertahankan agamanya, sehingga mendapat keridhaan Allah, keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
d. Member makanan terhadap akal pikiran dengan ilmu pengetahuan bagi kehidupannya dan masyarakat. Oleh karena itulah di dalam agama islam agar kita selalu menuntut ilmu pengetahuan. Perintah agama, “carialh ilmu pengetahuan, sejak dari buaian ibu sampai ke liang lahad.” Perintah ini menunjukkan wajib. Nabi bersabda: “mencari ilmu pengetahuan itu wajib hukumnya bagi orang islam.”
e. Berusaha memenuhi kebutuhan jasmani dengan usaha yang halal, karena kehidupan di dunia ini tidak lepas dari masalh keduniaan, sebab keduniaan itu sendiri adalah bekal hidup dan lading akhirat. Agam mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja mencari penghidupan yang layak. Mereka harus bekerja dan berusaha, jangan menggantungkan hidupnya kepada orang lain.
f. Membiasakan dan melatih diri untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan tuntutan agama , sehingga akan memperoleh keutamaan dan kebahagiaan dalam hidupnya.
Diri manusia secara totalitas adalah modal yang penting di dalam kehidupannya. Di dalam diri manusia terdapat alat (organ) dari yang kasar sampai yang halus. Semua ini merupakan sarana melakukan tugas dan kewajibannya. Oleh sebab itu manusia harus memelihara diri, meynantuni dan menghargai dirinya secara wajar dan lumrah.
Memelihara diri tidak berarti memanjakan. Tapi justru memanfaatkan segala potensi yang ada sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga manusia akan bermanfaat bagi dirinya, orang lain (masyarakat) dan alam sekitarnya.

3. Terhadap Orang Lain dan Masyarakat

Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, yakni suka berhubungan dan bergaul dengan orang lain. Dorongan ini selain dorongan yang bersifat instingtif juga dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pergaulan itu dimulai dari keluarga, masyarakat sekitar (tetangga) dan masyarakat luas.

Sedangkan menurut al-Ghazali tugas manusia dibagi menjadi dua yaitu tugas dunia dan tugas akhirat. Berkaitan dengan tugas keduniaan, manusia yang berperan sebagai khalifah di bumi, mempunyai 3 bidang pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan baik agar dunia tegak, yaitu:
a. Bidang pekerjaan yang pokok, meliputi: pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertenunan untuk memenuhi kebutuhan sandang, perumahan untuk memenuhi kebutuhan papan atau tempat tinggal, dan politik atau pemerintahan untuk menata hidupnya sehingga terbentuk masyarakat yang masing-masing anggotanya saling tolong menolong, khususnya dalam ma’isyah (penghidupan).
b. Bidang pekerjaan yang menentukan, mendukung dan mempercepat hasil produksi dalam pekerjaan pokok, seperti tersedianya alat-alat pertanian untuk mengolah tanah, pemintalan benang untuk menunjang produksi tekstil, tersedianya bahan-bahan bangunan untuk mendirikan rumah, dan lain-lain.
c. Bidang pekerjaan perlengkapan dasar, seperti: pembuatan tepung dan roti untuk menunjang produksi pertanian, menggunting kain dan menjahit untuk pelengkap bagi industri tekstil.

Mengenai tujuan hidup manusia, al-Ghazali menyatakan:
“segala tujuan hidup manusia itu terkumpul dalam agama dan dunia. Dan agama tidak terorganisasikan selain dengan terorganisasinya dunia. Dunia adalah tempat bercocok tanam bagi akhirat. Dunia adalah alat yang menyampaikan kepada Allah bagi orang yang mau memperbuatnya menjadi tempat tetap dan tanah air abadi”
Berangkat dari pernyataan al-Ghazali di atas, dapat dipahami bahwa manusia mempunyai dua tujuan hidup. Pertama, sebagai perantara yang harus tercapai di dunia. Kedua, sebagai tujuan akhir yang akan dicapai setelah hancurnya dunia. Tujuan yang akan dicapai di dunia berupa kesenangan-kesenangan duniawi seperti wanita, anak-anak, harta, sarana transportasi, hewan ternak, sawah ladang, dan lain-lain. Kebahagiaan di sini sangatlah relatif artinya, tidak ada batasan yang jelas, terutama tentang bagaimana dan kapan seseorang mencapai serta merasa puas terhadap yang dipandangnya sebagai sesuatu yang nikmat. Di samping itu, manusia tidak akan dapat mencapai kecuali bekerja sama dengan manusia lain melalui terwujudnya lapangan pekerjaan sebagaimana diterangkan di atas.
Berbeda dengan tujuan duniawi, tujuan yang akan dicapai di akhirat adalah sorga dan segala kenikmatannya, yang berpuncak saat manusia melihat Allah. Kebahagiaan akhirat telah jelas wujud dan saatnya yaitu setelah yaumul hisab, hari perhitungan amal sebagai satu masa setelah hari kiamat. Setiap manusia merasakan kenikmatan yang sama dengan sendirinya sebagai hasil daya upaya dan kemampuannya dalam memanfaatkan kenikmatan-kenikmatan dunia.
Selanjutnya, al-Ghazali menjelaskan bahwa manusia untuk beramal sebagai hakikat syukur harus melalui tiga tahapan yaitu pengetahuan (ilmu), keadaan tertentu di dalam pribadi (hal) dan amal (tindakan). Memang kenyataannya demikian, manusia untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah mutlak membutuhkan pengetahuan, sehingga sebelum bertugas Allah membekali ilmu kepadanya. Atas dasar inilah al-Ghazali menegaskan bahwa: “manusia tidak akan mencapai tujuan hidupnya kecuali melalui ilmu dan amal. Dan ia tidak akan dapat beramal kecuali dengan mengetahui cara pelaksanaan amal, dengan demikian pangkal kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagai tujuan hidup, adalah ilmu.”
Berdasarkan uraian di atas maka tugas akhirat manusia adalah memanfaatkan hidupnya selama di dunia untuk beribadah dan beramal sholeh kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat yaitu surga.


RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tugas manusia yang merupakan amanah dari Allah, pada intinya ada dua macam, yaitu:
1. Abdullah (menyembah atau mengabdi pada Allah).
Realisasi dari mengemban amanah dalam arti memelihara beban atau tugas-tugas kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi, kalimat La ilaah illa Allah, dan ma’rifah kepada Allah.
2. Khalifah Allah (yang harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab).
Realisasi dari mengemban amanah dalam arti memelihara, memanfaatkan atau mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial (termasuk indra dan akal) atau potensi-potensi dasar manusia, guna menegakkan keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup. Jadi pendidikan dalam islam antara lain untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas hidupnya di bumi, baik sebagai “Abdullah” ataupun sebagai “Khalifah Allah”.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Pages

Blog Archive

Visitor