Rangkuman
“Atletik (Didaktik & Metodik)”
Bab II dan Bab III
Oleh :
Nama : GEGIS ABDUL M
Jurusan : PENDOR
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin
Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, shalawat beserta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw.
Dengan selesainya tugas ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, dan memberikan motifasi atau dorongan samapi dengan terselesaikannya tugas ini
Penulis sadar tugas yang telah diselesaikan ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Semoga apa yang telah penulis kerjakan ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Bayah, Okotber 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
Bab II Karakteristik Dan Struktur Gerak Olahraga Atletik......................... 1
A. Nomor Jalan dan Lari................................................................................ 1
B. Nomor Lompat............................................................................................ 1
C. Nomor Lempar............................................................................................ 4
Bab III Strategi Pembelajaran Atletik.............................................................. 6
A. Prinsip Pengembangan Kesegaran Jasmani.......................................... 6
B. Prinsip Pengembangan ketempilan........................................................ 7
C. Prinsip Pengembangan Konsep Gerak................................................... 8
D. Prinsip Pengembangan Modifikasi......................................................... 9
E. Prinsip Pengembangan Pengalaman Belajar...................................... 12
BAB II
KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR GERAK
OLAHRAGA ATLETIK
A. Nomor Jalan dan Lari
Tujuan utama dari njalan dan lari adalah menempuh suatu jarak tertentu (lari tanpa rintangan atau dengan rintangan denga waktu yang secepat mungkin. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kecepatan lari = panjang langkah x frekuensi langkah
1. Panjang Langkah (Strie Length)
Setiap panjang langkah pelari merupakah hasil penjumalahan tiga jarak, yaitu :
- Jarak tolakan kaki, yaitu jarak horizontal antara kaki yang menolak dengan titik berat badan pelari
- Jarak melayang di udara, yaitu jarak horizontal yang dicapai oleh pelari dengan pemindahan titik berat badan selama berada di udara
- Jarak pendaratan, yaitu jarak horizontal yang dicapai oleh pelari antara titik badan dengan kaki yang mendarat.
2. Frequensi Langkah (Stride Frequensy)
Frekuensi langkah merupakan perbandingan antara banyaknya kaki kontak dengan tanah dengan kaki melayang di udara. Sehubungan dengan langkah ini kita akan mengenal istilah setengah langkah yaitu jarak sentuhan kaki kiri dan kaki kanan. Sedangkan yang dimaksud satu langkah adalah jarak antara sentuhan kaki kiri dan kaki kiri, tau kaki kanan dan kaki kanan.
B. Nomor Lompat
Tujuan nomor lompat adalah memindahkan jarak horizontal titik berat badan pelompat sejauh mungkin (lompat jauh, jangkit) dan memindahkan jarak vertikal titik berat badan setinggi mungkin (lompat tinggi dan galah)
1. Teknik Lompat Jauh
Untuk tujuan analisis gerakan pada lompat jauh harus dipertimbangkan secara konsisten empat fase, yaitu awalan (run up), tolakan kaki (toke off), melayang di udara (flight), dan pendaratan (landing).
a. Awalan (run up)
Tujuan awalan dalam lompat jauh adalah untuk mendapatkan posisi optimal atlet untuk melakukan tolakan kaki (take off) dengan kecepatan lari dan menolak secara terkontrol
b. Tolakan kaki (take off)
Tujuan tolakan kaki (take off) adalah untuk memperoleh kecepatan vertikal (mengangkat titik berat badan) denganc ara memanfaatkan kecepatan horizontal sedemikian rupa dengan kaki tolak mengerahkan gaya yang sangat besar.
c. Melayang di udara (flight)
Fase berikutnya setelah melakukan tolakan kaki, yaitu badan berada di udara. Gerakan apapun yang dilakukan oleh dipelompat setelah berada di udara tidak akan meningkatkan titik berat badannya. Oleh karena itu, usaha yang harus dilakukan adalah mempertahankan selama mungkin di udara dengan melakukan gerakan-gerakan tungkai atau lengan agar memperoleh sikap pendaratan yang paling efektif.
2. Teknik Lompat Jangkit (Triple Jump)
Di dalam lompat jungkit sebenarnya terjadi tiga kali tolakan, tiga kali melayang di udara, dan tiga kali pendaratan. Jarak lompatan di ukur dari kumulatif ketiga gerakan lompat jangkit tersebut (hot-step-jump)
3. Lompat Tinggi (High Jump)
Tujuan lompat tinggi adalah melompat setinggi-tingginya dengan cara melewati palang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Lompat Tinggin Galah (Pole Vault)
Untuk menganalisis ketinggian yang dicapai si pelompat galah ditentukan oleh empat bagian secara terpadu yaitu :
- Ketinggian titik berat badan pelompat galah pada saat menolak (take off) disebut H1
- Ketinggian titikberat badan setelah ketinggian agalah disebut H2
- Ketinggian titik berat badan setelah tangan lepas dari galah disebut H3
- Perbedaan ketinggian melewati palang dengan ketinggian maksimal titik berat badan.
Fase lompat galah terdiri dari :
- Pegangan galah (the grip)
Galah dibuat dari bahan fiber glass yang mempunyai gaya lenting dan elastisitas yang tinggi.
- Awalan (the approach)
Awalan dilakukan untuk memperoleh (1) hasil kecepatan horizontal optimal (2) persiapan agar tolakan kaki pada papan tidak efektif
- Perencanaan penancapan galah di lubang (blok)
Perencanaan penancapan di blok merupakan hal penting yang harus diperhatikan, yaitu rencanakan antara 3-5 langah di tolakan kaki pelompat.
- Tolakan kaki (take off)
Kaki tolak tolakan setelah galah menancap atau masuk ke bok. Pada saat setelah kaki menolak tangan kanan menarik galah ke bawah, dan tangan kiri menahan ke atas sehinga galah menjadi membuat lentingan (energi regangan galah) untuk membawa badan ke atas dengan emanfaatkan energi regangan tersebut.
- Posisi L
Setelah melakukan tolakan, kemudian menggantung pada galah maka saat enrgi regangan hampir habis maka segera membuat posisi L di udara, kemudian meluruskan (meluruskan posisi L) sendi panggul dan tulang belakang dengan mendorong ujung kaki pelompat ke atas sampai kedua tangan lurus.
- Membuat putaran badan dan reverse
Setelah melakukan posisi L, maka segera melakukan putaran badan dan pembalikan badan sehingga badan si pelompat mengahdap ke arah galah.
- Putaran dan pembalikan badan (the turn and reverse)
Setelah putaran dan pembalikan badan maka tangan paling akhir menyentuh galah, dan tolak galah ke arah awalan
- Mendorong galah (the ppush-off from the pole)
Setelah melakukan pembalikan badan selanjutnya segera melakukan gerakan mendorong galah
C. Nomor Lempar
Tujuan utama dalam nomor lempar adalah melempar atau menolak dengan jarak yang sejauh-jauhnya. Untuk menunjang pencapaian lemparan dan tolakan sejauh-jauhnya. Untuk menunjang pencapaian lemparan dan tolakan sejauh-jauhnya harus diperhatikan dan diaplikasikan hukum – hukum fisika (diomekanika dan mekai) serta peraturan yang berlaku secara internasional dalam nomor lempar atau ditolak ini.
1. Tolak peluru
Fase gerak dalam tolak peluru secara berurutan terdiri atas :
1) Cara memagang peluru
2) Posisi awal
3) Meluncur
4) Memindahkan badan
5) Menolak / melepas peluru
6) Recovery
Sementara itu, gaya tolak peluru yang biasa dilakukan, yaitu :
1) gaya menyamping
2) gaya membelakangi
3) gaya putaran
2. Lempar Cakram
Urutan teknik lempar cakram
1) Memegang cakram
2) Posisi awal
3) ]ayunan awal
4) Putaran badan
5) Posisi lemparan
6) Pelemparan cakram
7) Sikap akhir
Urtan teknik dalam lempar martil adalah :
1) Cara memgang
2) Posisi awal
3) Awal ayunan lengan
4) Transisi dari ayunan lengan kedua ke putaran pertama
5) Putaran badan
6) Perubahan teknik dalam putaran badan
7) Pelapasan martil dan, 8) recovery
BAB III
STRATEGI PEMBELAJARAN ATLETIK
A. Prinsip Pengembangan Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani terdiri dari komponen otot, daya tahan otot, daya tahan kardivaskur dan fleksibilitas. Prinsip latihan untuk mengembangkan kesegaran jasmani bersifat khusus sesuai dengan komponen yang dikembangkannya.
1. Kekuatan dan daya tahan otot
Kekuatan secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan sekelompok otot unruk kontraksi secara maksimal dalam waktu relatif singkat. Sementara itu, daya tahan diartikan sebagai kemampuan sekelompok otot untuk melakukan pekerjaan yang relatif lama. Kekuatan otot dapat dikembangkan melalui latihan isotonik dan isometik, sementara daya tahan otot dapat dikembangkan melalui latihan isotonik.
Latihan isotonik adalah kontraksi dengan cara melakukan gerakan pada persendian. Latihan isometrik adalah kontraksi tanpa menggerakan sendi sikut.
2. Fleksibilitas
Fleksibilitas secara sederhana dapat diartikan sebagai rentang gerak persendian. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menerapkan latihan fleksibilitas adalah sebagai berikut :
- Pemanasan harus diberikan terhadap otot-otot yang terkait dengan gerak persendian yang akan dilatihnya
- Macam-macam latihan harus diberikan untuk mengembangkan otot-otot yang terkait dengan gerak persendian yang akan dilatihnya
- Gerak meregang harus dilakukan secara bertahap dan perlahan sampai terasa agak sakit. Pertahankan posisi ini antara 20-30 detik.
3. Daya tahan kardiovaskur
Daya tahan koriovaskuler atau sering disebut daya tahan umum sering dianggap sebagai faktor kunci kesegaran jasmani. Daya tahan umum pada dasarnya adalah kemampuan tubuh dalam menyediakan oksigen untuk melakukan suatu pekerjaan.
B. Prinsip Pengembangan ketempilan
Tujuan utama pembelajaran keterampilan gerak adalah perkembangan gerak yang terampil. Rink (1993) mengemukakan tiga indikator gerak terampil sebagai berikut :
- Efektif, artinya gerakan itu sesuai dengan prduk yang diinginkannya.
- Efesien, artinya gerakan itu sesui dengan proses yang seharusnya dilakukan atau dengan kata lain “process oriented”.
- Adaptif, artinya gerakan itu sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan di mana gerak tersebut dilakukan.
Beberapa prinsip harus diperhatikan dalam pengembangan keterampilan tertutup adalah sebagai berikut :
1. Prasarat untuk belajar
- kepemilikan prasarat
- modifikasi skill atau peralatan untuk pencapaian keberhasilan
2. Pertanyaan parsial dan hulistik
- Kalau mungkin, ajarkan secara keseluruhan (hulistik)
- Kalau tidak, ajarkan perbaikan setelah siswa mengetahui atau berlatih secara keseluruhan.
3. Modifikasi peralatan
- Lakukan modifikasi peralatan, apabila peralatan diduga sebagai penghambat keberhasilan.
4. Perubahan kondisi latihan
- Ubahlah kondisi latihan untuk meraih keberhasilan dan tingkatkan kondisi latihan secara bertahap
- Manakala pembelajaran berorientasi pada proses, berikanlah pengetahuan hasil tentang proses.
5. Menetapkan kemajuan belajar
- Ubahlah target penampilan agar lebih realistik dan mencerminkan keberhasilan belajar.
6. Akurasi dan produktivitas
- Penakanan terhadap akurasi dilakukan setelah siswa dapt melakukan skill secara produktif
C. Prinsip Pengembangan Konsep Gerak
Konsep pada dasarnya meupakan gagasan kognitif. Seringkali penjas memilih materi tertentu untuk diberikan kepada siswa dengan karapan selain siswa menguasai materi tersebut juga dapat mentransfer informsi dar materi tersebut pada materi lain yang mempunyai banyak kesamaan dalam konsepnya.
Konsep gerak maksudnya adalah konsep gagasan dasar yang mempunyai nilai transfer.
Beberapa prinsi pembelajaran yang perlu diperhatikan para guru agar terjadinya transfer belajar sampai berikut :
1. Makin mirip situasi latihan dengan situasi permainan yang sebenarnya, makin mungkin terjadinya transfer.
2. Makin bervariasi suatu keterampilan dipelajari makin mungkin terjadinya transfer secara positif terhadap situasi permainan yang sebenarnya
3. Transfer dapat dilakukan melalui pemberian dorongan atau motivasi agar siswa menggunakan informasi dan keterampilan yang sudah dimilikinya serta penjelasan aktivitas belajar dengan sejelas-jelasnya.
D. Prinsip Pengembangan Modifikasi
Modifikasi merupakan salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencermincakn DAP, termasuk di dalamnya “body scaling” atau penyesuaian dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar.
Cara guru-guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pelajaran. Beberapa aspek analisa modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang :
- Tujuan
- Krakterisitik materi
- Kondisi lingkungan
- Evaluasinya
Beberapa analisa modifikasi pembelajaran atletik yang harus dipertimbangkan para guru atletik tu, dipaparkan pada uraian berikut ini.
1. Modifikasi tujuan pembelajaran
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari mulai tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan yang paling tinggi
- Tujuan Perluasan
Tujuan perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menakankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi dan efektifitas.
- Tujuan penghalusan
Tujuan penghalusan maksdunya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak secara efisien.
- Tujuan penerapan
Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan yang dilakukan memlalui pengenalan kriteria tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
2. Modifikasi Materi Pembelajaran
Dilihat dari payung keolahragaan, materi pembelajaran atletik secara garis besar dapat diklasifikasikan ke dalam tiga nomor, yaitu nomor jalad an lari, nomor lompat, dan nomor lempar. Dilihat dari kemampuan fisik yang diperlukan dan dipelajarinya, materi pembelajaran atletik dapat diklasifikasikan ke dalam kodnisi fisik (physical fitness), skill atau keterampilan, dan konsep gerak.
- Kompleksititas keterampilan (Skill)
Guru dapat memodifikasi keterampilan yang dipelajari siswa tersebut denganc ara mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitannya.
- Kondisi Penampilan (Skill)
Guru dapat memodifikasi kondisi penampilan siswa dengan cara mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitannya.
- Jumlah Skill
Guru dapat memodiifikasi materi pembelajran denganc ara mengurangi dan menambah jumlah keterampilan yang dilakukan siswa
- Perluasan jumlah perbedaan respon
Guru dapat menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar denganc ara menambah jumlah dan perbedaan respon terhadap konsep yang sama.
3. Modifikasi Kondisi lingkungan pembelajaran
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajarannya. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa klasifikasi seperti yang diuraikan di bawah ini :
- Peralatan
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill itu.
- Penataan ruang gerak dalam berlatih
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam berlatih.
- Orgaisasi atau formasi berlatih
Formasi belajar juga dapat dimodifikasi agar lebih berorientasi pada curahan waktu aktif belajar.
4. Modifikasi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi materi maksudnya adalah penyusunan aktivitas belajar yang terfokus pada evaluasi skill yang sudah dipelajari siswa pada berbagai situasi.
- Self testing (individu atau berpasangan)
Pada bentuk ini siswa didorong untuk mengetes secara individu atau berpasangan tentang penguasaan materi yang sudah dipelajarinya.
- Perlombaan atau permainan
Pada bentuk ini siswa didorong untuk mengetes penguasaan materi yang sudah dipelajarinya dalam berbagai variasi pertandingan.
E. Prinsip Pengembangan Pengalaman Belajar
1. Pengalaman belajar harus memiliki potensi untuk meningkatkan keterampilan dan penampilan gerak siswa
Pernyataan ini harus diperhatikan, terutama manakala pembelajaran terfokus pada pengembangan aspek kognitif atau efektif.
2. Pengalaman belajar harus menyediakan waktu aktif berlatih / belajar secara maksimal pada semua siswa dan pada tingkat kemampuan masing-masing
Waktu aktif belajar adalah waktu dimana siswa secara aktif bergerak melakukan aktivitas untuk mencapau tujuan pembelajarannya
3. Pengalaman belajar harus sesua dengan tingkat pengalaman siswa
Siswa akan mendapat keuntungan dari pengalaman belajarnya me\anakala pengalaman belajar tersebut sesuai dengan tingkatnya. Oleh kaerna itu, guru hgahrus merencanakan dan menyediakan aktivitas belajar secara merentang mulai dari tingkat kesulitan yang rendah sampai yang tinggi.
4. Pengalaman belajar sangat potensial untuk mengintegrasikan
Perkembangan aspek psikomotor, kognitif, dan afektif. Kriteria keempat ini mempunyai implikasi bahwa guru harus mengembangkan kemampuan siswa secara total atau menyeluruh.
0 comments:
Post a Comment